Tuesday, January 30, 2007
Riwayat Belalang Tua
Saat tirani mulai tak enggan lagi tuk tunjukan belangnya
Ingin kita berteriak
Namun hanya rintihan yang kian samar
Dengan sisa payah tenaga
Apalah arti badan yang rapuh ini
Melawan tebal tumpukan lemak perut para penguasa kita
Dewa kita yang semakin berkuasa atas semesta
Begitu gagahnya engkau memahatkan kaki di bumi
Tak pernah engkau memicingkan ujung matamu
Gemetaran tangan kami menengadah ke muka langit
Tak juga kau titkan sejuk bulir hujan
Menggantungkan harapan pada pucuk ranting kering
Menunggu uluran gemerisik kerontang daun bambu
Dengar kicau mentari yang kian merona
Di ujung kaki bumi berdebu ini
Catatan akhir kaum Samin
Friday, January 5, 2007
T'lah Ku Saksikan Sendiri Bidadari
Kerap kali telah aku temui
Yang elok penuh warna dunia
Sayang, hanya warna dunia mereka sendiri
Lawatan yang memang tak aku duga sebelumnya
Sahaja saja raut mukanya
Lembut ia bertutur kata
Sejuk hati ini menggapai maksud kata-katanya
Begitu bijak mengalir bak tetes embun di kemarau
Kurasakan sejuk di relung jiwa ini
Yang telah lama rindukan bulir hujan
Keindahan dan bijak petuahmu tak nampu sembunyikan belia usiamu Sungguh membuat aku dalam terlena
Ingin semakin jauh bersama dalam taburan mutiara nyanyianmu
Takut rasanya melepas semua yang telah terasa indah ini
"Semua yang indah di dunia ini, ada kalanya harus pudar"
Masih jelas terngiang wejangan-nya
Tapi keindahannya aku rasakan dari hatinya
Mungkinkah kan berpendar...???
Bak indahnya pelangi, yang indahnya hanya semu semata
Semoga saja tak demikian.........
Indah sinar rembulan terpancar dari rautmu
Teriring akhlakmu nan mulia
Bercerita hingga ujung dunia
Tiba-tiba aku tersadar dari lamunanku
Semoga kau tetap setia temani aku
Walaupun dalam angan-anganku belaka
Salam dari Tukang Melamun
Yang elok penuh warna dunia
Sayang, hanya warna dunia mereka sendiri
Lawatan yang memang tak aku duga sebelumnya
Sahaja saja raut mukanya
Lembut ia bertutur kata
Sejuk hati ini menggapai maksud kata-katanya
Begitu bijak mengalir bak tetes embun di kemarau
Kurasakan sejuk di relung jiwa ini
Yang telah lama rindukan bulir hujan
Keindahan dan bijak petuahmu tak nampu sembunyikan belia usiamu Sungguh membuat aku dalam terlena
Ingin semakin jauh bersama dalam taburan mutiara nyanyianmu
Takut rasanya melepas semua yang telah terasa indah ini
"Semua yang indah di dunia ini, ada kalanya harus pudar"
Masih jelas terngiang wejangan-nya
Tapi keindahannya aku rasakan dari hatinya
Mungkinkah kan berpendar...???
Bak indahnya pelangi, yang indahnya hanya semu semata
Semoga saja tak demikian.........
Indah sinar rembulan terpancar dari rautmu
Teriring akhlakmu nan mulia
Bercerita hingga ujung dunia
Tiba-tiba aku tersadar dari lamunanku
Semoga kau tetap setia temani aku
Walaupun dalam angan-anganku belaka
Salam dari Tukang Melamun
Tak Tahu Bagaimana Rasanya
Terharukah,.....tapi kenapa aku tak menangis? Ataukah terlalu senang,...? Aku juga tak tahu apa yang sebenarnya kurasakan saat itu. Kulihat lagi senyum di setiap sudut kampung halamanku. Disana hidupku yang mungkin telah mulai terkubur oleh perilaku yang boleh dibilang kekota-kotaanku saat ini. Kota...???!!! Terlalu berlebihan kayanya..... Ingin kembali kukembali ke kehidupanku yang lalu. Tiap saat kupandang senyum yang tulus dari tiap hela nafas.
oleh-oleh pulang kampung lebaran haji
Subscribe to:
Posts (Atom)